MALAIKAT BERSORBAN SESI 2

 

I met Aditya several times again at the same place we met the first time.
Aku beberapa kali ketemu Aditya lagi di tempat yang sama kami bertemu pertama kali.

I found out that Aditya had only been in Jakarta for 3 months, moving from Kalimantan.
Ternyata Aditya baru 3 bulan di Jakarta, pindah dari Kalimantan.

At the last meeting Aditya told a lot about his family. This is Aditya's story he told me :
Di pertemuan terakhir Aditya menceritakan banyak mengenai keluarganya. Ini cerita Aditya yang dituturkannya kepadaku :

Bunda Raisya is a tough lady.  In her hands, the legacy of Zulfikar, her late husband, which was originally only a small company, in less than 10 years, has become a multi international company.
Bunda Raisya adalah sosok wanita yang tangguh. Ditangannya, warisan dari Zulfikar, almarhum suaminya, yang awalnya hanya berupa perusahaan kecil, dalam waktu kurang dari 10 tahun, sudah menggurita menjadi satu perusahaan yang berskala internasional.

Unfortunately, at the peak of her success, Bunda Raisya's life was filled with loneliness.  Since the death of her husband 10 years ago, followed by the death of Zaky, her only son, 2 years later, Bunda Raisya had practically lived her household life alone.
Sayang, dalam puncak kesuksesannya, hidup Bunda Raisya dirundung kesepian. Sejak kematian suaminya 10 tahun yang lalu, kemudian disusul lagi dengan kematian Zaky, putra tunggalnya, 2 tahun kemudian, praktis Bunda Raisya menjalani kehidupan rumah tangganya sendirian.

At the age of 45, actually, Bunda Raisya still looks beautiful and many men who try to be close with her, but Bunda Raisya never thought to marry anyone.
Di usianya yang ke 45 sebetulnya Bunda Raisya masih terlihat sangat cantik dan sudah terbilang banyak laki-laki yang berusaha mendekatinya, namun Bunda Raisya masih belum terpikir untuk membina rumah tangga kembali.

Today, Bunda Raisya is enjoying the morning fresh weather in the city of Banjarmasin.
Hari ini, Bunda Raisya menikmati sejuknya pagi hari di kota Banjarmasin. 

It has been three days since Bunda Raisya left her office in Jakarta, for her business activities in this capital city of South Kalimantan.
Sudah tiga hari Bunda Raisya meninggalkan kantornya di Jakarta, dalam rangka urusan bisnis di ibu kota Kalimantan Selatan ini.

Bunda Raisya deliberately chose to stay at the house of one of her close friends, Reni, who was one of her classmates during her high school in Jakarta.
Bunda Raisya sengaja memilih menginap di rumah salah satu sahabat akrabnya, Reni yang pernah duduk satu kelas semasa SMA di Jakarta. 

At that time, Reni was following her father who was assigned to work in a company in Jakarta.
Sa'at itu Reni sedang mengikuti ayahnya yang mendapat tugas perusahaan untuk bekerja di Jakarta.

Bunda Raisya has been sitting on the front porch alone for more than 30 minutes.
Bunda Raisya sudah lebih 30 menit duduk di teras depan sendirian. 

She was waiting for a little boy peddling the cake she bought yesterday.
Dia sedang menunggu anak kecil yang menjajakan kue yang dibelinya kemaren.

For some reason, Bunda Raisya really fell in love with the little boy selling the cakes.
Entah kenapa Bunda Raisya benar-benar jatuh hati dengan bocah laki-laki penjual kue keliling tersebut. 

The kid, named Aditya, is about seven years old.
Anak tersebut bernama Aditya, berusia sekitar tujuh tahunan.

From the information she got during her chat with Aditya, she found out the boy is currently in the 2nd grade of elementary school.
Dari informasi yang didapatnya ketika berdialog dengan Aditya, anak tersebut saat ini duduk di kelas 2 SD.

Aditya goes to school in the afternoon, so in the morning he has plenty of time to help his mother selling cakes.
Aditya pergi sekolah di siang hari, sehingga di pagi hari dia mempunyai waktu banyak untuk membantu ibunya berjualan kue. 

The cake was made by his mother herself.
Kue tersebut dibikin sendiri oleh ibunya. 

Aditya lives with his mother and grandmother.  His father died when Aditya was still in his mother's womb.
Aditya tinggal bertiga dengan ibu dan neneknya. Ayahnya sudah meninggal dunia ketika Aditya masih dalam kandungan ibunya.

Not only the taste of cake she like, more than that Bunda Raisya keeps thinking and missing the cute little boy.
Bukan hanya kuenya yang cocok dilidah, tapi yang lebih penting lagi, Bunda Raisya benar-benar kangen dengan sosok bocah yang imut tersebut.

Aditya was indeed gifted by Allah with a very "cute" face. Anyone who looked at the boy would definitely "fall in love".
Aditya memang dikarunia Allah wajah yang "manis" sekali. 
Siapapun yang memandang bocah laki-laki itu pasti "jatuh hati".  

His skin is pure white, thick black hair, especially his eyebrows. Her sharp nose reminds Bunda Raisya of Rafiq, an Indian kid, her neighbor in Jakarta. 
Kulitnya putih bersih, rambut hitam lebat, terlebih alis matanya. 
Hidungnya yang mancung mengingatkan Bunda Raisya akan Rafiq, bocah India, tetangganya di Jakarta.

After a few moment, Bunda Raisya hears the voice she has been waiting for: "Cookies..... cakes.....!!!,..... cookies... cakes!!!"
Beberapa saat kemudian, telinga Bunda Raisya mendengar teriakan yang sangat ditunggu-tunggunya :"Kue..... kue.....!!!,..... kue...kue!!!"

Bunda Raisya immediately stood up from her seat...., and here he is... Aditya was seen walking around selling his cakes.
Bunda Raisya langsung berdiri dari kursinya....., dan benar saja ... Aditya terlihat sedang berjalan menjajakan kuenya. 

Bunda Raiysa spontaneously shouted : "Aditya...... here... come here!!!"

The boy smiled happily and immediately stepped closer to the house where Bunda Raisya was waiting for him.

Spontan Bunda Raiysa berteriak :"Aditya...... sini.... kemari !!!"

Bocah itu tersenyum gembira dan langsung melangkahkan kakinya mendekati rumah dimana Bunda Raisya sudah menantinya.

"Assalamu'alaikum ma'am....", Aditya greeted her while placing the cake basket on the terrace of the house.

"Assalamu'alaikum Ibu....", Aditya memberi salam sambil meletakkan keranjang kue di teras rumah.

"Wa'alaikumussalam, Aditya... just call me mom, will you ..."*

*"Yes... mom," Aditya smiled cutely.

"Wa'alaikumussalam, Aditya... panggil Bunda aja ya..."

"Iya... Bunda," Aditya tersenyum lucu.

"The cake I had yesterday... where is it Aditya?... "oentoek" is it?"

"Yes... here you are mom.., this one is filled with green beans... and this one is filled with bananas..."

"Kue yang seperti kemaren... mana Aditya?.... "oentoek" namanya ya?"

"Oh... ini Bunda..., ini yang isi kacang ijo... dan yang ini isi pisang..."

"Hmmm.... You made the cakes sold out this morning... here's a plate to put your cakes on..." Unwittingly Bunda Raisya, Reni was apparently already beside her.

"Hmmm.... pagi-pagi sudah memborong kue ya.... nih piring buat naruh kuenya...," tanpa disadari Bunda Raisya, Reni rupanya sudah berada di sampingnya.

"Yes Reni, I really love the taste of this "oentoek" cake...", Bunda Raisya put the cakes she bought into a plate, then she handed Aditya a hundred thousand bill.

"Iya Reni, aku suka banget kue "oentoek" ini...", Bunda Raisya meletakkan kue-kue yang dibelinya ke dalam piring, kemudian dia menyerahkan uang seratus ribuan kepada Aditya.

"I don't have change for big amount of money, mom," Aditya said innocently.

"Saya tidak punya kembalian uang sebesar ini Bunda", kata Aditya dengan polosnya.

Bunda Raisya gave him a smile : "No need to return it, just keep the change for you."

Bunda Raisya tersenyum :"Tidak usah dikembalikan, buat Aditya semua uangnya."

It surprised Aditya and he said : "No mom, it will make my mother be suspicious of where I got this big money..."

"It's okay Aditya...., just say it was given by me", Bunda Raisya handed the money into Aditya's hands.

Aditya terkejut :"Jangan Bu, nanti Ibu saya dirumah curiga dari mana saya dapat uang sebesar ini..."

"Tidak apa-apa Aditya...., bilang saja dikasih oleh Bunda", Bunda Raisya menyerahkan uang tersebut ke tangan Aditya.

"Sorry, mom, my mother told me not to beg from people, My mother said getting money from my own work is much more valuable than begging..."

"Ma'af Bunda, Ibu berpesan kepada saya tidak boleh meminta-minta kepada orang, Ibu bilang mendapatkan uang dari hasil kerja sendiri jauh lebih berharga daripada meminta-minta..."

Bunda Raiya gasped after hearing what Aditya said, she never expected a little kid of that age to utter such wise words : "Aditya... you don't beg at all ..., this is me who gives... this is called a gift ...."

Bunda Raiya tersentak mendengar perkataan Aditya, tidak pernah diduganya anak seusia itu bisa mengeluarkan pernyataan seperti itu :"Aditya.... kamu tidak meminta-minta.... ini kan Bunda yang mau ngasih... ini namanya hadiah...."

Seeing Aditya still doubtful and confused, Bunda Raisya finally made an offered : "Let'do this, if I buy all the cakes that you brought here, could I? How much is it totally ..."

Melihat Aditya yang seperti masih ragu dan bingung akhirnya Bunda Raisya menawarkan :"Begini saja deh, kalau Bunda beli semua kue yang dibawa Aditya boleh kan? berapa semuanya..."

"Do you want to buy all of them???....., all of them are forty thousand rupiahs..", Aditya seems still confused.... this is the first time he meets a very nice and kind buyer like her.

"Bunda mau beli semuanya???..... kalau semuanya empat puluh ribu rupiah..", Aditya nampaknya masih bingung.... baru pertama kali ini dia bertemu dengan pembeli sebaik hati ini.

"Yes, that's it..., take this one hundred thousand rupiahs..., and the change is all for my next order of your cakes..., Please bring them tomorrow..", Bunda  Raisya smiled at Aditya.

"Ya udah... ini Aditya terima seratus ribu rupiah..., dan kembaliannya Bunda pesan untuk kue semuanya..., Aditya bawakan besok ya..", Bunda Raisya tersenyum menatap Aditya.

Alhamdulillah ...., thank you so much mom ..., thank you", Aditya's eyes were clearly sparkling with joy...."Thank you very much mom ..., I am leaving now, OK ?"

"Alhamdulillah... terima kasih banyak Bunda... terima kasih", mata Aditya terlihat jelas berbinar-binar karena girangnya...."Terima kasih banyak Bunda.... saya pamit ya?"

Yes Aditya ..., please send my greetings to your mother and grandmother ..., see you tomorrow morning....", Bunda Raisya smiled again, feeling so happy to please the little boy.

"Iya Aditya... kirim salam dari Bunda untuk Ibu dan Nenek Aditya ya..., sampai ketemu besok pagi....", Bunda Raisya kembali tersenyum, merasa bahagia sekali bisa menyenangkan hati bocah kecil itu.

Bunda Raisya and Reni were in the kitchen enjoying their breakfast.

"I wonder why, Reni..., I'm really love that little boy selling the cake...., his face is so cute ...."

Bunda Raisya dan Reni berada di dapur menikmati sarapan mereka.

"Heran ya Reni..., aku senang banget dengan anak kecil penjual kue itu...., cakep sekali wajahnya... imut-imut..."

Reni laughed at the chatter of her friend : "Yes Raisya..., do you think that you would adopt him ??"

Reni tertawa mendengar celotehan sahabatnya :"Iya Raisya..., mau kamu ambil jadi anak angkat ya??"

Ha ha haa..., sounds great ...., do you think that Aditya will let me do it ...? OK, let's do it, Reni, tomorrow I'll ask Aditya where he lives ..., I'm so curious to meet his mother and grandmother.

"He he he..., boleh juga tuh...., mau ga si Aditya ya.....? Begini aja Reni, besok tanyakan alamat rumah Aditya ya..., aku jadi penasaran ingin bertemu dengan ibu dan neneknya.

Are you serious Raisya???" Reni, who was joking previously, now become serious in response to what Bunda Raiya said.

"Serius Raisya???" Reni yang awalnya bercanda akhirnya jadi serius juga menanggapi jawaban Bunda Raiya.

This afternoon Reni finally accompanied Bunda Raisya to visit Aditya's house.

Sore ini akhirnya jadi juga Reni menemani Bunda Raisya ke rumah Aditya.

This morning, Aditya was surprised when Reni asked his house address, anyway he explained in detail the directions to his house.

Pagi tadi dengan terheran-heran Aditya yang diminta Reni alamat rumahnya, menjelaskan secara rinci arah menuju rumahnya. 

Aditya was even more confused when he heard that Bunda Raisya wanted to visit his house.

Aditya lebih bingung lagi ketika mendengar Bunda Raisya ingin mengunjungi rumahnya.

But finally Aditya was cooling down himself after Bunda Raisya explained that the purpose of her coming was really for friendship and keeping in touch each other.

Tapi akhirnya hati Aditya menjadi tentram sesudah Bunda Raisya menjelaskan bahwa maksud kedatangannya benar-benar untuk silaturahim saja.

Reni, who drove her Toyota Avanza, didn't take long to find Aditya's house.

Reni yang menyetir mobil Toyota Avanza, tidak memerlukan waktu yang lama untuk mencari alamat rumah Aditya.

They only asked the local residents once, then the car that took them parked right in front of Aditya's house.

Hanya bertanya sekali kepada warga sekitar, maka mobil yang membawa mereka langsung parkir tepat di depan rumah Aditya. 

The small house that made of wood looks very old, it is clear that the paint on the walls has started to fade.

Rumah kecil yang terbuat dari kayu itu terlihat sudah tua sekali, terlihat jelas cat dindingnya sudah mulai memudar.

As soon as she got out of the car, Bunda Raisya was greeted by Aditya in the yard : "Assalamu'alaikum Aditya...., your mother and grandmother are at home, right?"

"Wa'alaikumussalam mom, please come in...., my mother and grandmother are inside....."

Begitu turun dari mobil, Bunda Raisya sudah disambut oleh Aditya di halaman rumah :"Assalamu'alaikum Aditya...., ibu dan nenek ada dirumah kan?"

"Wa alaikum salam Bunda, silahkan masuk.... ibu dan nenek ada di dalam....."

Bunda Raisya took Reni's hand and went into the house....., and in the living room, Aditya's mother and grandmother stood waiting for them.

Bunda Raisya menggandeng tangan Reni ikut masuk ke dalam rumah ....., dan di ruangan tamu sudah berdiri ibu dan nenek Aditya menanti mereka.

Bunda Raisya estimated that Aditya's mother is around 25 years old.  Her face and white skin are exactly like Aditya's...., what a very beautiful young lady she is.

Bunda Raisya memperkirakan umur ibunya Aditya sekitar 25 tahunan. Wajah dan kulit putihnya persis seperti Aditya ...., sungguh perempuan muda yang sangat cantik sekali. 

Meanwhile, Aditya's grandmother, who is not much different in age from Bunda Raisya, still looks of her youthful beauty.

Sementara nenek Aditya yang tidak jauh berbeda usianya dengan Bunda Raisya juga terlihat masih menyimpan sisa-sisa kecantikan di masa mudanya.

"I'm Raisya... and this is my friend Reni....", Bunda Raisya offered her hands in turn to shake Aditya's mother and grandmother.

"Kenalkan .... saya Raisya... dan ini teman saya Reni....", Bunda Raisya menyodorkan tangannya bergantian menyalami ibu dan nenek Aditya.

"Yes ma'am, we have heard a lot about you from Aditya ..., I am Aditya's grandmother.... and this is Zakiah, Aditya's mother......", Aditya's grandmother asked Raisya and Reni to be seated on rattan chairs in the living room.

"Iya Bu, kami sudah mendengar banyak mengenai Ibu dari Aditya...., saya neneknya Aditya.... dan ini Zakiah, ibunya Aditya......", nenek Aditya mempersilahkan Bunda Raisya dan Reni untuk duduk di kursi rotan di ruangan tamu tersebut.

After a few minutes, Aditya reappeared from the kitchen with a tray containing several cups and plates : "Help yourself mom ...., Have some tea.....", Aditya deftly put the cups containing the drink along with the plates that were  serve a variety of cakes.

Tidak lama Aditya yang tadi terlihat ke belakang, muncul kembali dengan membawa nampan berisi beberapa cangkir dan piring :"Mari Bunda.... silahkan diminum tehnya.....", dengan cekatan Aditya meletakkan cangkir-cangkir berisi minuman tersebut beserta piring yang menghidangkan aneka kue.

"Alhamdulillah ..., Aditya ..., thanks a lot ....", Bunda Raisya looks very happy this afternoon.... and both of them, Bunda Raiya and Reni and the residents of the house are engrossed in a very intimate conversation.

"Alhamdulillah... Aditya... terima kasih banyak.....", Bunda Raisya terlihat gembira sekali sore ini.... dan merekapun, Bunda Raiya dan Reni beserta penghuni rumah larut dalam perbincangan yang akrab sekali.

"Oh ya, mom ..., I would like to show you photos of my late father...., may I do it, mom?"  Aditya suddenly offered this when Bunda Raisya asked about his late father.

"Oh ya Bunda...., saya mau kasih lihat foto almarhum ayah saya.... boleh kan Bunda?" tiba-tiba Aditya menawarkan demikian ketika Bunda Raisya menanyakan mengenai almarhum ayahnya.

"Oh of course.... I would be very happy if you let me to see it ..."*

*"Alright mom ..., I'll take the photo album for you ......."

"Oh tentu.... Bunda senang sekali kalau Aditya memberikan izin untuk memperlihatkanya...."

"Iya Bunda.... sebentar saya ambilkan album fotonya......."

Bunda Raisya thanked Aditya and hold the old green photo album. On its cover, Bunda Raisya read Aditya's handwriting which almost brought tears to her eyes: PRAYER FROM ADITYA IS ALWAYS FOR MY BELOVED DADDY... MAY ALLAH ALLOW  ME TO MEET MY DADDY IN HEAVEN ...."

Bunda Raisya mengucapkan terima kasih ketika Aditya menyerahkan sebuah album foto tua berwarna hijau.... di cover album foto tersebut Bunda Raisya membaca tulisan tangan Aditya yang hampir membuatnya menitikkan air mata : DO'A ADITYA SELALU UNTUK AYAH TERCINTA... SEMOGA ALLAH IZINKAN ADITYA BERTEMU AYAH DI SORGA KELAK...."

Bunda Raisya started to open the photo album and when she opened the first page.... she seemed to be jolted and recited loudly : "ALLAHU AKBAR...!!"

Mulailah Bunda Raisya membuka album foto tersebut dan ketika baru membuka halaman awalnya.... Bunda Raisya seperti tersentak, terdengar cukup keras suaranya bertakbir :"ALLAHU AKBAR....!!"

Bunda Raisya's heart seemed to have stopped beating...., how could she not be surprised.... : on the first page of the photo album she clearly saw a photo of Zaky, her late son who died seven years ago.

Jantung Bunda Raisya seperti berhenti berdenyut.... bagaimana dia tidak kaget.... : di halaman awal album foto itu dengan jelas dia melihat foto Zaky, almarhum anaknya yang sudah meninggal tujuh tahun yang lalu.

Bunda Raisya's hands holding the photo album trembled even more when she opened the following pages from the photo album.

Tangan Bunda Raisya yang memegang album foto semakin gemetar ketika membuka halaman-halaman berikut dari album foto itu. 

Bunda Raisya's tears kept running down her face..., especially when she saw a photo of her late son in bridal clothes with Aditya's mother .... : "Aditya...is he your daddy ? His name is Zaky?", a soft voice that came out of his mouth  Mother Raisya was almost inaudible because it was mixed with her sobs.

Air mata Bunda Raisya tidak terasa sudah membasahi wajahnya..., apalagi ketika dia melihat foto almarhum anaknya dalam pakaian pengantin bersama ibunya Aditya.... :"Aditya... ini ayahmu? namanya Zaky?", suara lirih yang keluar dari lisan Bunda Raisya hampir tak terdengar karena bercampur dengan sedu sedan tangisnya. 

Everyone present in the living room seemed bewitched to see Bunda Raisya's reaction when she opened the photo album.

"Yes, mom..., those are photoes of my late daddy ..., yes, his name is Zaky.... Zaky Ilhami......"

Semua yang hadir di ruangan tamu itu seperti tersihir melihat reaksi Bunda Raisya ketika membuka album foto itu.

"Iya Bunda... itu foto almarhum ayah saya..., memang benar namanya Zaky.... Zaky Ilhami....."

"Oh My God..., that's right... Zaky Ilhami..., he is my son.....", then Bunda Raisya burst into tears.  Reni who was sitting on her side immediately approached trying to calm her friend.

"Ya Allah... benar... Zaky Ilhami... itu adalah putra Bunda.....", maka meledaklah tangis Bunda Raisya. Reni yang duduk di samping langsung mendekat mencoba menenangkan sahabatnya itu.

Zakiah and her mother couldn't speak because of their shock...., especially Aditya..., who could only look at Bunda Raisya, her mother and grandmother in turn.

Zakiah beserta ibunya tidak bisa berkata-kata karena kagetnya...., terlebih Aditya..., yang hanya bisa memandang Bunda Raisya, ibu dan neneknya bergantian.

Bunda Raisya's tears exploded, she was really filled with guilt..., and her memory immediately went back to seven years ago.... : It was at night before going to bed...., Zaky, who had just come home, which was brought by his friend on vacation to Banjarmasin...., expressed his intention to marry a girl he knew in that city.

Tangis Bunda Raisya semakin meledak, benar-benar dia diliputi perasaan bersalah..., dan ingatannya langsung tertuju ke masa tujuh tahun yang silam.... : Ketika itu di malam hari menjelang tidur .... Zaky yang baru pulang dibawa teman kuliahnya berlibur ke Banjarmasin...., mengutarakan niatnya untuk menikah dengan seorang gadis yang dikenalnya di kota tersebut. 

Bunda Raisya, of course, was shocked and angry to hear her son's sudden request, she certainly couldn't accept her only child so easily marrying someone he just met, especially since Bunda Raisya had reminded Zaky many times that he had been betrothed to Anisa, the daughter of Bunda Raisya's friend.

Bunda Raisya tentu saja kaget dan marah mendengar permintaan putranya yang tiba-tiba itu, dia tentu tidak bisa menerima anak semata wayangnya itu dengan mudahnya menikah begitu saja dengan seseorang yang baru dikenal, apalagi Bunda Raisya sudah berkali-kali mengigatkan Zaky bahwa dia sudah dijodohkan dengan Anisa, anak dari sahabat Bunda Raisya.

Zaky had insisted on marrying the Banjaresse girl on the grounds that he had made a sin with his lover.

Zaky sempat bersikeras untuk menikahi gadis Banjarmasin tersebut dengan alasan dia sudah terlanjur berbuat khilaf dalam berhubungan dengan kekasihnya itu. 

Bunda Raisya was even getting more angry when she heard that explanation : "You already made the woman pregnant???", Bunda Raisya asked at that time with anger.

Bunda Raisya semakin marah ketika mendengar penjelasan itu : "Kamu sudah terlanjur membuat perempuan itu hamil???", tanya Bunda Raisya ketika itu dengan murkanya.

"It's not like what you think, mom ...., for God's sake, we haven't gone that far..., but for two of us who have never been ingage in any relationship before..., what we did even though it was just hugging and kissing,  we considered it as a violation against Allah's prohibition..., and we want to make amends for this mistake by seriously making it happen in the official bond of husband and wife which Allah is pleased with..."

"Bukan begitu Bunda...., demi Allah kami belum sampai melakukan sampai sejauh itu..., tapi bagi kami berdua yang belum pernah berpacaran sebelumnya..., apa yang kami lakukan walaupun baru sebatas berpelukan dan ciuman sudah kami anggap melakukan pelanggaran berat terhadap larangan Allah..., dan kami ingin menebus kesalahan tersebut dengan benar-benar serius mewujudkannya dalam ikatan resmi suami-istri yang Allah ridhoi..."

Bunda Raisya, who was emotional at that time, clearly didn't accept any reason of her son and still insisted on forbidding her son to marry the girl : "I don't want to hear any reason. It is my decision I will not let you marry with the girl I never know ...., I hope you can be filial and please your mom by marrying Anisa...."

Bunda Raisya yang sedang emosi saat itu jelas tidak bisa menerima alasan apapun yang dikemukakan anaknya dan tetap bersikeras melarang anaknya untuk menikah :"Bunda tidak mau mendengar alasan apapun.... pokoknya Bunda tidak setuju kamu menikah dengan gadis yang Bunda tidak kenal itu... yang tidak jelas asal usulnya...., Bunda harap kamu bisa berbakti dan menyenangkan hati Bunda dengan menikahi Anisa...."

Thus, this mother and son each survive with their own ego and opinion..., so until one day Bunda Raisya traveled abroad for her business..., Zaky took the opportunity to go to Banjarmasin and married Zakiah without telling anything to his mother.

Demikianlah ibu dan anak ini masing-masing bertahan dengan ego dan pendapatnya sendiri-sendiri..., sehingga ketika suatu saat Bunda Raisya bepergian keluar negeri untuk urusan bisnisnya...., Zaky mengambil peluang tersebut untuk berangkat ke Banjarmasin dan menikahi Zakiah tanpa sepengetahuan ibunya.

Human age is unpredictable..., and going against the orders of parents can sometimes have bad consequences in life.

Umur manusia memang tidak bisa diduga...., dan melawan perintah orang tuapun kadang bisa mendapatkan akibat buruknya dalam kehidupan.

Not long after Zaky's return to Jakarta from Banjarmasin, the newlywed had a single accident in the early hours of the morning when the car he was driving hit a tree at a bend in the road.

Tidak lama sesudah kepulangan Zaky ke Jakarta dari Banjarmasin, penganten baru itu mengalami kecelakaan tunggal di saat dini hari ketika mobil yang dikendarainya yang sedang melaju kencang menabrak sebuah pohon di tikungan jalan.

The incident that happened seven years ago really shook Bunda Raisya's soul, more over it happened not long, just two years, after Zulfikar, her beloved husband, passed away.

Peristiwa tujuh tahun yang lalu itu benar-benar membuat tergoncang jiwa Bunda Raisya, apalagi dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama, dua tahun sebelumnya, Zulfikar, suami tercintanya juga sudah mendahului meninggalkan mereka.

And now in the living room of Aditya's house..., the feeling of guilt stays again into Bunda Raisya's soul...., it is undeniable that a mother's anger towards her son can be fatal.... but should a mother also impose her will, impose her ego, her will to  always obeyed by her son???

Dan kini di ruangan tamu rumah Aditya... perasaan bersalah kembali menggeluti jiwa Bunda Raisya...., tidak dapat dipungkiri kemarahan seorang ibu kepada putranya bisa berakibat fatal.... akan tetapi haruskah juga seorang ibu memaksakan kehendaknya, memaksakan ego kemauannya untuk selalu dituruti oleh anaknya??? 

Her tears grew louder, filled with feelings of guilt that were mounting... in her eyes, it was as if she was the cause of the accident that befell his favorite son.

In her mind, it was because of the unsolicited blessing of prayer for her son that the catastrophe happened.

Tangisnya semakin menjadi-jadi, diliputi perasaan bersalah yang kian menggunung... dimatanya seakan-akan dialah penyebab kecelakaan yang menimpa putra kesayangannya itu. Dipikirannya, karena do'a restu yang tidak diikhlaskannya untuk putranya sehingga malapetaka itu terjadi. 

The atmosphere was even more touching when Zakiah and Aditya's sobs were heard, starting to cry too.....

Suasana semakin mengharukan ketika terdengar isak Zakiah dan Aditya yang mulai ikut menangis.....

Only Reni and Aditya's grandmother seemed calmer in controlling their emotions.

Hanya Reni dan nenek Aditya yang terlihat lebih tenang mengontrol emosinya. 

Aditya's grandmother approached Bunda Raisya and hugged this grieving woman : "Forgive me ma'am...., we actually know that you don't approve of Zaky and Zakiah's marriage..., but I admit my own weakness is not being able to stop the strong desire the two of them to to marry each other...., regarding the car accident that took Zaky's soul, we also knew about it...., but we are aware and self-aware so that we had never made any attempt to meet you in Jakarta..., we can only surrender and leave all these matters to Allah alone...."

Nenek Aditya mendekati Bunda Raisya dan memeluk perempuan yang sedang berduka ini :"Maafkan saya Ibu...., kami sebetulnya mengetahui bahwa Ibu tidak merestui pernikahan Zaky dan Zakiah..., tapi saya akui kelemahan saya sendiri yang tidak mampu untuk membendung keinginan kuat mereka berdua untuk berumah tangga...., mengenai kecelakaan mobil yang merenggut jiwa Zaky, kamipun sudah mengetahuinya...., namun kami sadar dan tahu diri sehingga kami tidak pernah ada usaha untuk menemui Ibu di Jakarta..., kami hanya bisa berpasrah dan menyerahkan semua urusan ini kepada Allah saja....."

Bunda Raisya tears more and more and with sobs trying to express her heart: "I was the one who was wrong ma'am...., my inner eyes had been darkened because the ego maintains the desire that must be obeyed by my son... if only I gave my blessing at that time.  ..the storyline may not be like this...."

Bunda Raisya semakin tumpah air matanya dan dengan terisak mencoba mengeluarkan isi hatinya :"Sayalah yang salah Bu...., mata bathin saya telah dibuat gelap karena ego mempertahankan keinginan yang mesti dituruti oleh anak saya.... seandainya saya merestui ketika itu... bisa saja jalan ceritanya tidak seperti ini...."

"Come on Raisya... don't you believe in the destiny that God has determined?", Reni, who had been silent since she saw her friend getting weaker, started trying to calm her down : "After all, all of that had happened already..., now we just have to take the wisdom behind this...., and anyway are you not grateful to Allah and feel happy to be blessed with a grandson who pleases your heart like this Aditya??"

"Sudahlah Raisya... apa kamu tidak percaya dengan takdir yang sudah Allah tentukan?", Reni yang dari tadi diam saja melihat sahabatnya ini semakin rapuh mulai mencoba menenangkannya :"Bagaimanapun semua itu sekarang semua sudah terjadi...., sekarang tinggal kita ambil hikmahnya saja...., dan apapun yang terjadi...., dibalik semua peristiwa ini...., apakah kamu tidak bersyukur kepada Allah dan merasa bahagia dianugrahi seorang cucu yang menyenangkan hati seperti Aditya ini??"

Hearing the words "grandson" referred to by her best friend, suddenly Bunda Raisya seemed to get a new, all-powerful spirit from the Almighty Allah.

Mendengar perkataan "cucu" yang disebut oleh sahabatnya, secara tiba-tiba Bunda Raisya seperti mendapat semangat baru yang maha kuat dari Allah yang Maha Perkasa. 

After embracing her daughter-in-law Zakiah, now Bunda Raisya hugs and kisses Aditya the cake seller who since at the first sight had been able to steal her heart : "Aditya... my dear grandson..., you and your mother and grandmother are coming with me to Jakarta, right?"

Setelah memeluk Zakiah menantunya, kini Bunda Raisya memeluk dan mencium Aditya bocah penjual kue yang semenjak pandangan pertama sudah mampu mencuri hatinya :"Aditya... cucuku sayang...., kamu beserta ibu dan nenek kamu ikut Bunda ke Jakarta ya?"

Bunda Raisya hugs her granddaughter Aditya even more tightly, in her heart she is determined to make amends for her past mistakes and will really fight for the happiness of her successor.

Bunda Raisya semakin erat memeluk Aditya cucunya, dalam hatinya dia bertekad akan menebus kesalahan di masa lalunya dan benar-benar akan berjuang untuk kebahagian penerus keturunannya ini.

*Written by MSA Haris F Syarif Abdurrahman*

https://www.facebook.com/harisfadhilah60

Malaikat Bersorban 1 | Malaikat Bersorban 2 Malaikat Bersorban 3 | Penulis


Comments

Popular posts from this blog

WE SPEAK ENGLISH

MALAIKAT BERSORBAN ((Sesi 1))

MALAIKAT BERSORBAN ((Sesi 2))